Gerhana matahari maupun gerhana bulan adalah sebuah fenomena alam yang merupakan sunnatullah untuk sebagai tanda-tanda dan bukti atas keagungan-Nya. Dimana gerhana matahari akibat posisi bulan yang berada di antara matahari dan bumi sehingga menghalangi sinarnya menuju ke bumi, dan gerhana bulan akibat posisi bumi yang berada di antara matahari dan bulan sehingga tidak bisa memantulkan cahaya matahari ke bumi.
Di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah terjadi gerhana matahari sekali, tepatnya pada 29 Rabi’ul Awal tahun 10 Hijriah, karena memang gerhana matahari tidak terjadi kecuali pada akhir bulan Hijriah sedangkan gerhana bulan pada pertengahan bulan Hijriah. bertepatan dengan meninggalnya putra beliau yaitu Ibrahim.
Hal ini merupakan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena dulu masyarakat jahiliyah berkeyakinan bahwa gerhana terjadi karena kematian atau lahirnya seorang bangsawan atau yang berkedudukan tinggi, maka Allah Ta’ala membatalkan mitos jahiliyah tersebut dengan menjadikan gerhana di zaman Nabi shallallahu alaihi wasallam bertepatan dengan meninggalnya putra beliau, Ibrahim.
Hal ini menjelaskan pada mereka yang mau berpikir, Bahwa gerhana matahari adalah murni fenomena alam yang telah digariskan Allah Ta’ala dan tidak ada hubungannya dengan kejadian apapun di muka bumi.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua tanda kebesaran Allah, di mana Allah menakuti hamba-Nya. Tidak terjadi gerhana karena kematian seseorang manusia, akan tetapi keduanya merupakan dua tanda kebesaran Allah, apabila kalian menyaksikannya, maka laksanakan shalat dan berdoalah kepada Allah sehingga dikembalikan kembali oleh Allah” (HR Bukhari dan Muslim).
Hikmah dan Pelajaran penting yang kita bisa ambil dari gerhana matahari maupun bulan adalah:
Pertama: keduanya merupakan tanda keagungan dan kekuasaan Allah Ta’ala yang menciptakan alam semesta, menguasainya, serta mengaturnya. Tak ada satupun yang bisa menghalangi Allah Ta’ala, ketika Allah ingin Berkehendak untuk merubah aturan alam sebentar diluar kebiasaannya, untuk menunjukkan betapa lemahnya manusia dan betapa agungnya kuasa Allah SWT, maka tidaklah pantas bagi manusia untuk menyombongkan dirinya di hadapan sang pencipta, Allah SWT. Oleh karena itu sudah semestinya manusia tunduk patuh pada peraturan dan hukum Allah tidak kepada yang lain.
Kedua: Allah bebas berkehendak sesuai dengan keinginanNya, Alam ini mau dijungkir balikkan atau seluruh manusia mau dihancur leburkan itu adalah hak prerogatif Allah SWT. Dalam Al Qur’an, Allah menakuti hamba-hambanya dengan mengingatkan mereka dari kelalaian dan dosa. Di mana dengan bertambahnya fitnah dan kerusakan di muka bumi yang sebenarnya adalah karena tingkah laku manusia sendiri, Allah Ta’ala berkehendak untuk menyadarkan mereka, bahwa azab dan siksaan-Nya di neraka sangatlah pedih dan kekal.
Namun di zaman sekarang, dimana kebanyakan manusia menilai kejadian di bumi hanya dengan ‘kacamata luar’ tanpa menoleh ke sisi dalamnya. Mereka mengatakan ini hanya sekedar fenomena alam biasa, tanpa melihat siapa yang menakdirkannya dan apa hikmahnya.
Ketiga: bahwa kejadian-kejadian alam seperti gerhana matahari tidak ada hubungannya dengan kematian atau lahirnya seseorang, karena jika Allah Berkehendak untuk menjadikan sesuatu, maka terjadilah. Jadi hal seperti ini adalah murni karena kehendak Allah, maka barangsiapa meyakini bahwa kejadian alam ada kaitannya dengan kematian dan lahirnya seseorang maka dia telah menetapkan adanya pengatur alam semesta selain Allah Ta’ala.
Wallahu A’lam.
+
Post a Comment